Srihadi Soedarsono Gelar Pameran Tunggal dan Peluncuran Buku

Selasa, 17 Maret 2020 - 01:30 WIB
Srihadi Soedarsono Gelar...
Srihadi Soedarsono Gelar Pameran Tunggal dan Peluncuran Buku
A A A
JAKARTA - Pameran tunggal dan peluncuran buku Srihadi Soedarsono - Man x Universe digelar selama hampir satu bulan, dari 11 Maret sampai 9 April 2020 di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Pameran tunggal ini menampilkan 44 lukisan bentang alam (landscape) karya maestro lukis Prof. Kanjeng Pangeran Srihadi Soerdarsono Adhikoesoemo, M.A. yang diproduksi dalam rentang 2016-2020.

Kurator pameran ini, Dr. A. Rikrik Kusmara, M.Sn mengelompokkan karya Srihadi menjadi empat rumpun besar, yakni Social Critics (Papua Series, Bandung Series, dan Field of Salt), Dynamic (Jatiluwih Series dan Energy of Waves), Human and Nature (Mountain Series, Tanah Lot Series, Gunung Kawi Series), Contemplation (Horizon Series dan Borobudur Series).

Adapun karya yang dipamerkan seperti Horizon – The Golden Harvest (2018), Borobudur Drawing (1948), Borobudur – The Energy of Nature (2017), Mt. Bromo – The Mystical Earth (2017), Papua – The Energy of Golden River (2017), The Mystical Borobudur (2019), dan Jakarta Megapolitan – Patung Pembebasan Banjir (2020). Lanskap merupakan salah satu pendekatan yang sangat dikenal menjadi ciri khas karya-karya Srihadi. Lukisan landscape dalam pameran ini merupakan lukisan dengan struktur bentang alam, daratan (bumi), langit, dan unsur-unsur di antaranya.

Srihadi Soedarsono - Man x Universe menginterpretasikan keindahan lanskap Indonesia sebagai semangat spiritual atas rasa kemerdekaan dan kebanggaan berbangsa. Lanskap dalam perspektif Srihadi adalah tema yang lebih dalam dari sekadar lukisan pemandangan yang menghipnotis orang asing untuk datang berkunjung.

"Pameran Srihadi Soedarsono - Man x Universe adalah pendekatan baru Srihadi dalam mengekspresikan lanskap, sebab menampilkan metafora dan simbol yang cukup kompleks. Proses artistik tersebut tak lepas dari kondisi sosial politik Indonesia yang tensinya naik sepanjang 2016–2019, tahun-tahun Srihadi menghasilkan karya untuk pameran ini," kata Rikrik Kusmara melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin (16/3).

Srihadi melukis landscape layaknya mencatat kejadian-kejadian dan merekam perubahan-perubahan sampai hari ini. Seperti tertuang dalam lukisan Horizon – The Golden Harvest yang menampilkan pemandangan panen padi era 1970-an. Penduduk desa bergotong royong, bergantian memanen padi. Sawah luas itu berbatas bukit landai di cakrawala. Di sisi lain, lukisan ini mengingatkan pada kalimat "hamparan sawah sejauh mata memandang" merupakan pemandangan mustahil hari ini. Sebab saat ini sependek 20 meter, pandangan langsung terantuk dinding perumahan, pagar tinggi villa mewah, atau bahkan sawah sudah masuk dalam properti restoran yang menjual pemandangan sawah.

"Waktu saya kecil diajak kakek berkeliling melihat pemandangan, melihat sawah yang luas. Sekarang, sawah di belakang rumah sudah jadi rumah-rumah. Fenomena ini menjadi paradoks bagi negeri lumbung padi dan tambak garam tapi kekurangan padi dan garam sehingga harus impor," ujar Srihadi.

Lukisan Papua juga menjadi seri penting dalam pameran ini, yang diwakili Papua – The Golden River Belong to Its People (2017) dan Papua – The Energy of Golden River (2017). Dua lukisan itu adalah tangkapan ingatan Srihadi atas Papua pada 1975. Tentu sangat berbeda jika dibandingkan dengan kondisi Papua saat ini, ketika tambang meluas, jalan aspal sambung bersambung, dan luas hutan menyusut. Pada 1975, hutan perawan masih mendominasi, udara yang masih segar dan sungai jernih yang menembus pekatnya hutan Papua.

Pemandangan tersebut disaksikan Srihadi saat bertugas untuk melukis sumur pengeboran dekat Sorong, Papua, pada 1975. Dia tiba di kawasan pengeboran di tengah hutan pada sore hari dengan menumpang helikopter. Akses darat nyaris mustahil sebab jalan aspal hanya sepanjang satu kilometer. "Alam Papua bagus sekali dilihat dari atas. Hutan sudah gelap. Yang terlihat hanya sungai mengkilat keemasan terkena sinar matahari sore. Kesan ini yang saya tangkap," ungkap Srihadi.

Berselang 45 tahun, Srihadi menghadirkan diskursus tentang Papua melalui dua lukisannya yakni Papua – The Golden River Belong to Its People (2017) dan Papua – The Energy of Golden River (2017). Sedangkan, situasi di Papua hari ini adalah topik yang selalu menarik perhatian dunia dan menjadi komoditas politik. Alasannya tak lain karena Papua memiliki sumber daya alam tapi sekaligus menjadi daerah tertinggal.

Seri penting lain yang dipamerkan adalah Borobudur yaitu Borobudur – The Energy of Nature (2017), Borobudur – Moment of Contemplation (2017), Borobudur – Moment of Meditation (2017), dan The Mystical Borobudur (2019). Lukisan ini menjabarkan perjalanan candi Borobudur di tangan Srihadi dari tahun 1948 hingga kini. Perjalanan yang bukan tentang perubahan fisik atau visualnya, melainkan bagaimana Srihadi menyuguhkan konsep filosofis dan estetis situs suci tersebut. Melalui sketsa Borobudur yang dibuat pada usia 17 tahun menjadi cikal bakal Srihadi dalam membuat lukisan-lukisan landscape di kemudian hari.

Bersamaan dengan pembukaan pameran, diluncurkan juga buku berjudul Srihadi Soedarsono - Man x Universe yang membedah hubungan spiritual manusia, berikut siklus hidupnya, dengan alam semesta. Buku tersebut ditulis Farida Srihadi bersama budayawan Jean Couteau. Pameran juga dilengkapi dengan seminar yang akan diadakan di Galeri Nasional Indonesia pada 28 Maret 2020. Acara ini dikemas dalam dua sesi pembahasan yakni diskusi pameran dan buku, dengan pembicara Srihadi Soedarsono, Farida Srihadi, Jean Couteau, dan A. Rikrik Kusmara, serta Agus Dermawan T. sebagai penanggap.

"Pameran ini merupakan wujud nyata konsistensi Srihadi Soedarsono sebagai maestro seni lukis dalam berkarya hingga saat ini. Kedisiplinan dan kreativitas yang terus ia cerminkan dalam setiap karya lukisan yang dihasilkan, merupakan inspirasi yang patut ditiru oleh masyarakat luas terutama generasi muda," ujar perwakilan panitia penyelenggara pameran, Selamet Susanto.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1472 seconds (0.1#10.140)